BOJONEGORO, Waskat.id – Aksi kolektif penanaman Pohon Beringin secara serentak digelar di kawasan keramat Sendhang Jambe, Dusun Kedunggampeng, Desa Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (20/11/2025). Kegiatan ini sebagai langkah nyata Pemerintah Desa (Pemdes) Temayang dalam melestarikan lahan kritis demi memulihkan sumber daya air di wilayah yang rawan kekeringan musiman.
Penanaman pohon Beringin ini sekaligus menegaskan upaya bersama pemuliaan sumber air yang diselenggarakan secara gotong royong berlandaskan kearifan lokal.
Partisipasi penuh ditunjukkan oleh Pemerintah Desa Temayang, tokoh masyarakat termasuk Ketua RT dan Ketua RW Dusun Kedunggampeng, serta kolaborasi strategis dengan Komunitas Wahana Abdi Budaya dan Komunitas Sarung Ijo Nusantara. Kekuatan aksi ini terletak pada persatuan pihak-pihak yang terlibat untuk tujuan konservasi bersama.
Dusun Kedunggampeng terletak pada zona geografis yang menuntut perhatian khusus terhadap konservasi. Wilayah ini sangat bergantung pada sumber air tanah dan mata air alam, sehingga rentan terhadap penurunan debit signifikan saat musim kemarau. Oleh karena itu, pemilihan lokasi di Sendhang Jambe, yang merupakan titik penting bagi mata air masyarakat, adalah langkah konservasi yang tepat sasaran.
Penanaman Pohon Beringin dipilih secara spesifik karena peran ekologisnya yang superior. Pohon yang dapat tumbuh besar ini memiliki sistem perakaran yang padat, luas, dan menembus jauh ke dalam tanah, menjadikannya penahan air hujan alami, pencegah erosi dan kunci untuk pengisian kembali akuifer atau cadangan air tanah.
Dalam dimensi budaya, aksi ini juga menjadi ajang penghidupan kembali kearifan lokal. Pohon beringin yang dahulu sering dihubungkan dengan anggapan mistis atau keramat, justru membuat pohon ini aman dari penebangan. Akar-akar masifnya pun tumbuh besar dan efektif berfungsi sebagai penjaga sekaligus penyimpan air bagi lingkungan sekitarnya. Prosesi penanaman juga diikuti oleh Kominitas Budaya dari Bojonegoro, yang mengaitkan tindakan konservasi ini dengan nilai-nilai tradisi leluhur, yang menegaskan bahwa alam adalah warisan yang harus dijaga.
’’Kami melihat ini bukan hanya sebagai agenda lingkungan sesaat, tetapi sebagai investasi ketahanan pangan dan air jangka panjang bagi seluruh warga Temayang di masa depan. Kami berharap aksi ini dapat menjadi percontohan bagi dusun dan desa lain,’’ tutur Leo Handoko, Kepala Dusun (Kasun) Kedunggampeng perwakilan Pemdes Temayang.
Sementara itu, Kang Zen sapaan akrab Kuzaini perwakilan dari Komunitas Wahana Abdi Budaya menekankan aspek tradisi dan alam.
’’Pohon beringin adalah simbol kehidupan, keteduhan dan perlindungan dalam budaya kita. Melalui penanaman ini, kami menyatukan kembali nilai tradisi dengan upaya konservasi alam nyata yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat,’’ tuturnya.
Di sisi lain, partisipasi Komunitas Sarung Ijo Nusantara menunjukkan kesadaran generasi muda akan pentingnya pelestarian sumber air. ’’Penanaman beringin ini mengingatkan kami bahwa menjaga lingkungan adalah cara nyata untuk menghargai warisan leluhur sekaligus memastikan ketersediaan air bersih,’’ kata Subechan Al Arif, ketua komunitas Sarung Ijo Nusantara.
Mewakili seluruh pihak yang terlibat, Kepala Dusun Kedunggampeng, Leo Handoko, menyampaikan apresiasi atas partisipasi kolektif yang tinggi.
’’Kami berharap komitmen bersama ini dapat berdampak langsung pada pemulihan dan kelestarian debit sumber air di Sendang Jambe, serta memicu kesadaran konservasi yang lebih luas, demi kepentingan generasi saat ini dan mendatang,’’ tandasnya.
Aksi penanaman pohon beringin ini menjadi tonggak sejarah penting bagi Dusun Kedunggampeng, menandai dimulainya kembali kesadaran kolektif terhadap pemuliaan lingkungan sebagai cara untuk menjamin kesejahteraan dan ketahanan daerah. Dukungan gotong royong dari Pemdes, perangkat wilayah, hingga komunitas memastikan bahwa upaya bersama pemuliaan sumber daya air akan terus berlanjut sebagai warisan ekologis.
Menurut Leo Handoko, Sendhang Jambe memiliki kedalaman hanya 3 meter namun tidak pernah kering pada musim kemarau. Lokasinya berada di tepi jalan poros desa di kaki Gunung Peling. ***
Wartawan: Aditya Alif Nugraha