BOJONEGORO, Waskat.id – Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, secara resmi meresmikan Sanggar Sastra Djajus Pete di Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, pada Sabtu (13/9/2025). Peresmian ini menjadi momen istimewa yang digabungkan dengan acara puncak sedekah bumi desa, yang dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Pendirian sanggar ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan sastra dan kebudayaan, khususnya di Purwosari dan umumnya di seluruh Bojonegoro. Nama sanggar ini diambil dari nama sastrawan Jawa legendaris asal Desa Purwosari, Djajus Pete.

Peresmian Sanggar Sarat Makna
Peresmian sanggar ditandai dengan penyerahan buku karya almarhum Djajus Pete berjudul ”Manuk-Manuk Mabur” oleh budayawan dan sastrawan Bojonegoro sekaligus Ketua Sanggar Sastra Djajus Pete, Kang Zen Samin, kepada Bupati Setyo Wahono. Suasana makin meriah saat peresmian Sanggar Sastra Djajus Pete diiringi letupan kembang api bersaut-sautan serta iringan gamelan Jawa hingga terasa sangat sakral.

Momen simbolis ini menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam mendukung pelestarian dan pengembangan seni serta budaya lokal.

Dalam sambutannya, Bupati Setyo Wahono menyampaikan harapannya. ”Semoga dengan hadirnya Sanggar Sastra Djajus Pete dapat semakin meningkatkan kegiatan sastra dan berkebudayaan masyarakat Purwosari khususnya, dan Bojonegoro pada umumnya,” tuturnya. Ia juga menambahkan bahwa kehadiran sanggar ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi para seniman dan pegiat sastra untuk terus berkarya dan melestarikan warisan leluhur.

Puncak Sedekah Bumi Dan Apresiasi Budaya
Peresmian sanggar ini merupakan bagian dari rangkaian acara puncak sedekah bumi yang telah berlangsung sejak akhir Agustus. Kepala Desa Purwosari, Umi Zumrotin, mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bupati Setyo Wahono. Ia menjelaskan, bahwa acara ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas limpahan hasil bumi.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon ”Semar Bangun Kayangan”. Bupati Setyo Wahono menyerahkan gunungan kepada dalang Ki MPP Bayu Aji sebagai tanda dimulainya pagelaran, yang menyedot perhatian banyak warga dari dalam maupun luar desa.

Bupati Wahono menekankan pentingnya melestarikan budaya Jawa. ’’Wayang adalah lambang kehidupan. Dalam setiap ceritanya ada nilai-nilai luhur tentang kebajikan, kebijaksanaan, serta perjalanan hidup yang bisa dipetik,’’ pungkasnya. Pagelaran ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada masyarakat. ***

Wartawan: Yonathan Rahardjo

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *